Prosedur Mengevaluasi Hasil APTL ~ Bimbingan Konseling. PROSEDUR MENGEVALUASI DAN MELAPORKANHASIL APTLA. Perilaku menusia sebagai hasil dari proses belajar mengandung pengertian juga bahwa perilaku tersebut dapat diubah atau dimodifikasi alhasil tidak luput dengan menggunakan prosedur mengevaluasi. Kemampuan untuk menguasai prosedur- prosedur mengevaluasi perilaku sangat diperlukan oleh seseorang yang bergerak dalam bidang psikologi, yang dalam hal ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Dalam ranah kerja dan studinya kita akan sering berhadapan dengan orang- orang dan problema psikologis atau perilaku yang beragam, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain maupun dunia sekitarnya. Dengan memahami salah satu prosedur mengevaluasi dan melaporkan hasil APTL yaitu dalam memilih prosedur yang tepat sesuai permasalahan yang dihadapi dan menggunakan prosedur tersebut dengan baik. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Konsep Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Format evaluasi pelaksanaan bimbingan konseling yang dikerjakan oleh guru pembimbing bagaimana pak???
Kita sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat menerapkan prosedur tersebut dengan tepat sesuai yang kita sepakati. B. Tujuan evaluasi disni adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa. Evaluasi mencakup tugas merumuskan tujuan yang diinginkan, mengumpulkan, mengorganisasi informasi untuk mengukur ketercapaian tujuan, mempertimbangkan ketetapan pencapaian, dan membuat keputusan bagi pengembangan program. Pada umunya ada tiga kegiatan pokok dalam membuat keputusan, yakni merumuskan tujuan, melakukan asesmen dan menilai. Evaluasi dibahas dalam konteks Bimbingan konseling sebagai kegiatan akhir setelah perencanaan/penyusunan, dan pelaksanaan program. Evaluasi sebenarnya tidak terjadi pada akhir kegiatan, tetapi berlangsung terus selama proses berjalan. Seluruh gerak program dilakukan berdasar evaluasi setapak demi setapak. Dan evaluasi berada pada garis pelaksanaan program, dari awal sampai akhir program. Dengan demikian akan mendapatkan balikan (feed back) atas unjuk kerjanya. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan. C. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, dibawah ini dijelaskan lima model evaluasi yang biasanya sering digunakan, yaitu : 1. Model Evaluasi Brinkerhoff. Model Evaluasi Stake atau model Countenance. Model Evaluasi Metfessel dan Michael. Berikut uraian dari kelima model evaluasi di bawah ini : 1. Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 huruf yang diuraikan sebagai berikut : a. Contect evaluation to serve planning decision. Seorang evaluator harus cermat dan tajam memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan, mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan program. Input Evaluation structuring decision. Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber- sumber yang dibutuhkan, mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam mencapainya. Process evaluation to serve implementing decision. Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan program adakah yang harus diperbaiki? Dengan demikian proses pelaksanaan program dapat dimonitor, diawasi, atau bahkan diperbaiki. Evaluasi hasil digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat berkaitan dengan program yang digulirkan? Apakah memiliki pengaruh dan dampak dengan adanya program tersebut? Evaluasi hasil berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu program setelah dilakukan evaluasi secara seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan keputusan (decision making) dan bukti pertanggung jawaban (accountability) suatu program kepada masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni penggambaran (delineating), perolehan atau temuan (obtaining), dan penyediakan (providing) bagi para pembuat keputusan. Ia mengemukakan lima macam evaluasi yakni : a. Sistem assessment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah rogram sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan? Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal- hal atau masalah- masalah baru yang muncul tak terduga? Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program. Fixed vs Emergent Evaluation Design. Dapatkah masalah evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan? Apabila demikian, apakah itu suatu keharusan? Belum lengkap penjelasannyab. Formative vs Summative Evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau manfaat suatu program? Experimental and Quasi Experimental Design vs Natural/ Unobtrusive Inquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/mencoba memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabe. Seterusnya, model responsif mencadangkan perhatian yang terus menerus oleh penilai dan semua pihak yang terlibat dengan penilaian. Model evaluasi Stake (1. Stake menekankan pada dua jenis operasi yaitu deskripsi (descriptions) dan pertimbangan (judgments) serta membedakan tiga fase dalam evaluasi program yaitu : Persiapan atau pendahuluan (antecedents), Proses/transaksi (transaction- processes), Keluaran atau hasil (outcomes, output). Model stake tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut : Descriptions matrix menunjukkan Intents (goal=tujuan) dan observations (effect=akibat) atau yang sebenarnya terjadi. Judgment berhubungan dengan standar (tolak ukur = kriteria)/dan judgment (pertimbangan). Stake menegaskan bahwa ketika kita menimbang- nimbang di dalam menilai suatu program pendidikan, kita tentu melakukan pembandingan relatif (antara satu program dengan standard). Model ini menekankan kepada evaluator agar membuat keputusan/penilaian tentang program yang sedang dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap. Stake menunjukkan bahwa description disatu pihak berbeda dengan pertimbangan (judgment) atau menilai. Di dalam model ini data tentang Antecendent (input), Transaction (process) dan Outcomes (Product) data tidak hanya dibandingkan untuk menentukan kesenjangan antara yang diperoleh dengan yang diharapkan, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang mutlak agar diketahui dengan jelas kemanfaatan kegiatan di dalam suatu program. Dalam strategi model Metfessel dan Michael terdapat delapan langkah yaitu : a. Keterlibatan masyarakat (envalvement of the community) yakni : orang tua, ahli- ahli pendidikan dan peserta didikb. Menyusun rekomendasi untuk mengembangkan pengajaran. Metode ini dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data, lengkap dengan kriteria- kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sebuah proyek/kegiatan program. Seperangkat instrumen tersebut meliputi : tes, angket, check list, dan sebagainya serta cara- cara lain untuk menghimpun data penunjang. Laporan ini akan memberikan bukti sejauhmana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh anggota masyarakat, khususnya orang tua siswa dapat tercapai. Agar anggota masyarakat dapat menilai kemajuan sekolah secara objektif, seyogyanya setiap lembaga pendidikan membuka diri untuk memberikan informasi secara berkala. Pemberian informasi ini dapat berupa Laporan Umum dan Laporan Khusus tentang prestasi yang dapat dicapai oleh sekolah (Sakni, 2. Menurut Suharsimi Arikunto (Arikunto, 1. Tentang isi catatannya, ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat “Baik”, “Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci. Tentang catatan prestasi belajar siswa itu sendiri dapat dibedakan atas 2 cara: pertama, dengan pernyataan lulus- belum lulus, kedua, dengan nilai siswa. Menurut Ridwan Sakni (Sakni, 2. Paling tidak ada dua jenis wadah yang dapat digunakan untuk menyampaikan laporan ini (Sakni, 2. Pertemuan dengan orang tua siswa. Pertemuan dengan orang tua siswa merupakan kegiatan yang tak pernah terpisahkan dengan buku raport siswa. Dengan adanya pertemuan tatap muka ini kedua belah pihak akan membagi dan saling melengkapi informasi tentang pribadi peserta didik. Melalui pertemuan ini masalah yang dihadapi di sekolah ataupun yang terjadi di rumah akan dapat dicari jalan keluarnya demi keberhasilan siswa. Pertemuan dengan orang tua siswa akan memberikan hasil yang bermakna, apabila direncanakan dengan baik. Melaksanakan pertemuan sejenis ini memerlukan keterampilan khusus, oleh karena itu latihan melaksanakan pertemuan dengan orang tua siswa merupakan suatu mata tataran dalam berbagai pertemuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan pertemuan dengan orang tua siswa antara lain: a. Dan evaluasi disni mempunyai tujuan untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa. Evaluasi dan Melaporkan hasil APTLPROSEDUR MENGEVALUASI DAN MELAPORKAN HASIL APTLA. Perilaku menusia sebagai hasil dari proses belajar mengandung pengertian juga bahwa perilaku tersebut dapat diubah atau dimodifikasi alhasil tidak luput dengan menggunakan prosedur mengevaluasi. Kemampuan untuk menguasai prosedur- prosedur mengevaluasi perilaku sangat diperlukan oleh seseorang yang bergerak dalam bidang psikologi, yang dalam hal ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Dalam ranah kerja dan studinya kita akan sering berhadapan dengan orang- orang dan problema psikologis atau perilaku yang beragam, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, orang lain maupun dunia sekitarnya. Dengan memahami salah satu prosedur mengevaluasi dan melaporkan hasil APTL yaitu dalam memilih prosedur yang tepat sesuai permasalahan yang dihadapi dan menggunakan prosedur tersebut dengan baik. Kita sebagai mahasiswa Bimbingan dan Konseling dapat menerapkan prosedur tersebut dengan tepat sesuai yang kita sepakati. B. Evaluasi mencakup tugas merumuskan tujuan yang diinginkan, mengumpulkan, mengorganisasi informasi untuk mengukur ketercapaian tujuan, mempertimbangkan ketetapan pencapaian, dan membuat keputusan bagi pengembangan program. Pada umunya ada tiga kegiatan pokok dalam membuat keputusan, yakni merumuskan tujuan, melakukan asesmen dan menilai. Evaluasi dibahas dalam konteks Bimbingan konseling sebagai kegiatan akhir setelah perencanaan/penyusunan, dan pelaksanaan program. Evaluasi sebenarnya tidak terjadi pada akhir kegiatan, tetapi berlangsung terus selama proses berjalan. Seluruh gerak program dilakukan berdasar evaluasi setapak demi setapak. Dan evaluasi berada pada garis pelaksanaan program, dari awal sampai akhir program. Dengan demikian akan mendapatkan balikan (feed back) atas unjuk kerjanya. Bila ditinjau dari tujuannya,evaluasi dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya,evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan. C. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut, dibawah ini dijelaskan lima model evaluasi yang biasanya sering digunakan, yaitu : 1. Model Evaluasi Brinkerhoff. Model Evaluasi Stake atau model Countenance. Model Evaluasi Metfessel dan Michael. Berikut uraian dari kelima model evaluasi di bawah ini : 1. Stufflebeam mengemukakan bahwa hasil evaluasi akan memberikan alternatif pemecahan masalah bagi para pengambil keputusan. Model evaluasi CIPP ini terdiri dari 4 huruf yang diuraikan sebagai berikut: a. Contect evaluation to serve planning decision. Seorang evaluator harus cermat dan tajam memahami konteks evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan, mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan program. Input Evaluation structuring decision. Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan memberikan bantuan agar dapat menata keputusan, menentukan sumber- sumber yang dibutuhkan, mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan rencana yang matang, membuat strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam mencapainya. Process evaluation to serve implementing decision. Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya, apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan program adakah yang harus diperbaiki? Dengan demikian proses pelaksanaan program dapat dimonitor, diawasi, atau bahkan diperbaiki. Evaluasi hasil digunakan untuk menentukan keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat berkaitan dengan program yang digulirkan? Apakah memiliki pengaruh dan dampak dengan adanya program tersebut? Evaluasi hasil berkaitan dengan manfaat dan dampak suatu program setelah dilakukan evaluasi secara seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan keputusan (decision making) dan bukti pertanggung jawaban (accountability) suatu program kepada masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni penggambaran (delineating), perolehan atau temuan (obtaining), dan penyediakan (providing) bagi para pembuat keputusan. Ia mengemukakan lima macam evaluasi yakni : a. Sistem assessment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah rogram sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan? Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal- hal atau masalah- masalah baru yang muncul tak terduga? Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program. Fixed vs Emergent Evaluation Design. Dapatkah masalah evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan? Apabila demikian, apakah itu suatu keharusan? Belum lengkap penjelasannyab. Formative vs Summative Evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau manfaat suatu program? Experimental and Quasi Experimental Design vs Natural/ Unobtrusive Inquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan program/mencoba memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabe. Seterusnya, model responsif mencadangkan perhatian yang terus menerus oleh penilai dan semua pihak yang terlibat dengan penilaian. Model evaluasi Stake (1. Stake menekankan pada dua jenis operasi yaitu deskripsi (descriptions) dan pertimbangan (judgments)serta membedakan tiga fase dalam evaluasi program yaitu : Persiapan atau pendahuluan (antecedents), Proses/transaksi (transaction- processes), Keluaran atau hasil (outcomes, output). Model stake tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut : Descriptions matrix menunjukkan Intents (goal=tujuan) dan observations (effect=akibat) atau yang sebenarnya terjadi. Judgment berhubungan dengan standar (tolak ukur = kriteria)/dan judgment (pertimbangan). Stake menegaskan bahwa ketika kita menimbang- nimbang di dalam menilai suatu program pendidikan, kita tentu melakukan pembandingan relatif (antara satu program dengan standard). Model ini menekankan kepada evaluator agar membuat keputusan/penilaian tentang program yang sedang dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap. Stake menunjukkan bahwa description disatu pihak berbeda dengan pertimbangan (judgment) atau menilai. Di dalam model ini data tentang Antecendent(input), Transaction(process) dan Outcomes (Product) data tidak hanya dibandingkan untuk menentukan kesenjangan antara yang diperoleh dengan yang diharapkan, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang mutlak agar diketahui dengan jelas kemanfaatan kegiatan di dalam suatu program. Dalam strategi model Metfessel dan Michael terdapat delapan langkah yaitu : a. Keterlibatan masyarakat (envalvement of the community) yakni : orangtua, ahli- ahli pendidikan dan peserta didikb. Menyusun rekomendasi untuk mengembangkan pengajaran. Metode ini dilengkapi dengan instrumen pengumpulan data, lengkap dengan kriteria- kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sebuah proyek/kegiatan program. Seperangkat instrumen tersebut meliputi : tes, angket, check list, dan sebagainya serta cara- cara lain untuk menghimpun data penunjang. Laporan ini akan memberikan bukti sejauhmana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh anggota masyarakat, khususnya orang tua siswa dapat tercapai. Agar anggota masyarakat dapat menilai kemajuan sekolah secara objektif, seyogyanya setiap lembaga pendidikan membuka diri untuk memberikan informasi secara berkala. Pemberian informasi ini dapat berupa Laporan Umum dan Laporan Khusus tentang prestasi yang dapat dicapai oleh sekolah (Sakni, 2. Menurut Suharsimi Arikunto (Arikunto, 1. Tentang isi catatannya, ada yang hanya dinyatakan dengan kata singkat “Baik”, “Sedang”, “Kurang” atau dengan keterangan yang lebih terperinci. Tentang catatan prestasi belajar siswa itu sendiri dapat dibedakan atas 2 cara: pertama, dengan pernyataan lulus- belum lulus, kedua, dengan nilai siswa. Menurut Ridwan Sakni (Sakni, 2. Paling tidak ada dua jenis wadah yang dapat digunakan untuk menyampaikan laporan ini (Sakni, 2. Pertemuan dengan orang tua siswa. Pertemuan dengan orang tua siswa merupakan kegiatan yang tak pernah terpisahkan dengan buku raport siswa. Dengan adanya pertemuan tatap muka ini kedua belah pihak akan membagi dan saling melengkapi informasi tentang pribadi peserta didik. Melalui pertemuan ini masalah yang dihadapi di sekolah ataupun yang terjadi di rumah akan dapat dicari jalan keluarnya demi keberhasilan siswa. Pertemuan dengan orang tua siswa akan memberikan hasil yang bermakna, apabila direncanakan dengan baik. Melaksanakan pertemuan sejenis ini memerlukan keterampilan khusus, oleh karena itu latihan melaksanakan pertemuan dengan orang tua siswa merupakan suatu mata tataran dalam berbagai pertemuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melaksanakan pertemuan dengan orang tua siswa antara lain: a.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
December 2016
Categories |